Jumat, 08 Juni 2012

Suku Muyu


Pekerja Keras Yang Mulai Terasing

Pada jaman sekarang perempuan suku muyu menjual buah pinang , kangkung hingga buah pepaya yang akan dijual di pasar Mopah Merauke . Kebanyakan yang berjualan adalah perempuan suku muyu . Tidak seperti perempuan biasanya , perempuan suku Muyu kulitnya agak sedikit putih , berambut keriting yang dianyam rapi , di ujung kakinya terdapat Noken (tas bawaan tradisional warga Papua) . Jaman sekarang mereka tinggal di Kelapa Lima . Kompleks perumahan warga asli yang kebanyakan dihuni oleh suku Muyu . Mereka sudah berada disana semenjak berpuluh-puluh tahun . Asalnya dari Boven Digoel , mereka pindah ke Merauke untuk mencari keberuntungan .
Merauke adalah milik suku Malind Anim . Setelah berpuluh-puluh tahun, Suku Muyu menetap dan mempunyai keturunan . Istilah Muyu diperkirakan ada bersamaan dengan masuknya Missi Katholik yang di bawa oleh pastor Petrus Hoeboer yang berkebangsaan Belanda, pada tahun 1933 di kampung Ninati , daerah Muyu bagian utara di Kabupaten Boven Digoel . Orang Muyu juga menyebut dirinya sendiri dengan istilah Kati yang artinya “manusia yang sesungguhnya” .
Jaman dulu , suku Muyu tinggal di daerah sekitar sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur laut Merauke . Tersebar di beberapa desa , bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Muyu . Untuk orang Muyu , keluarga merupakan unit sosial dan ekonomi yang paling penting . Keluarga inti terdiri dari seorang laki-laki dengan satu atau beberapa istri beserta anak . Berbagai bentuk kehidupan orang Muyu menunjukkan peran penting keluarga inti , terutama soal rumah dan penguasaan tanah juga harta . Mereka tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu dan daun nibung . Sehari-harinya orang Muyu hidup dengan berburu, memelihara babi dan berkebun . Suku Muyu percaya adanya kekuatan mistis paling tinggi yang menciptakan hewan , tanaman , dan sungai-sungai . Mereka juga percaya bahwa arwah orang mati masih mengadakan kontak dengan orang yang masih hidup .

Kalau dibandingkan dengan suku-suku lain di Papua , suku Muyu memiliki ciri yang sedikit berbeda . Misalnya :
  • Suku Asmat rumah panggungnya sangat tinggi antara 4 hingga 6 meter , sedangkan Suku Muyu hanya 2 meter .
  • Suku Muyu sering berperang .
  • Mereka juga kerap individualistis .
  • Hidup dalam kelompok-kelompok kecil .
  • Orang Muyu memelihara babi dan berkebun sendiri-sendiri .
  • Dalam kasus poligami, tiap istri memiliki gubuk, babi, dan kebun sendiri .
  • Pengetahuan-pengetahuan spiritual diturunkan hanya dari ayah ke anaknya.
  • Tidak ada pemimpin untuk kelompok besar .

Suku Muyu memiliki alat bayar yang namanya Ot . Sering digunakan sebagai mas kawin dan barang tukar dalam upacara pesta babi . Pesta babi digelar untuk mencari Ot sebagai hadiah imbalan dari tamu-tamu yang datang . Barang-barang hasil bumi maupun kapak dan panah diperjual belikan dengan Ot . Sistem ekonomi ini cukup maju yang akhirnya memotivasi tindakan mereka . Saat ini suku Muyu telah berkembang dengan pesat . Jumlah penduduknya ribuan orang . Sistem barter dalam suku Muyu adalah hal yang unik yang baik bahkan dijaman sekarang . Dengan bertukar barang , dua orang individu bertukar rasa percaya , dan menjalin relasi yang lebih dari sekedar “penjual-pembeli” . Relasi sebagai teman inilah yang sering menjadikan mereka begitu erat satu sama lain .

Dalam suku bangsa Muyu atau Kati terdapat sejumlah sub suku dengan wilayahnya masing-masing . Jumlahnya ada delapan , antara lain :
  • Sub suku Kamindip di bagian selatan . Mereka menempati kampung Sesnuk , Anggamburan dan Umap .
  • Sub suku Okpari yang menempati ibukota distrik Mindiptana , kampung Wanggatkibi di bagian Utara , kampung Imko dibagian Timur dan kampung Amuan di bagian tengah Timur laut .
  • Sub suku Kakaib di bagian Timur dari distrik Mindiptana . Mereka mendiami kampung Kombut , Mokbiran , dan sebagian kampung Kawangtet .
  • Sub suku Are dan Kasaut di bagian Utara , berbatasan langsung dengan suku Ngalum dan wilayah distrik Waropko . Mereka menghuni kampung Simpang , sebagian wilayah ibukota distrik Waropko, serta sebagian kampong Tembutka .
  • Sub suku Kasaut, lebih banyak menempati bagian utara di kampung Upkin dan Ikhcan .
  • Sub suku Jonggom yang mendiami bagian Timur Laut di kampung Ninati , Yetetkun dan sebagian kampung Tembutka .
  • Sub suku Ninggrum , tetangga dari sub suku Jonggom , juga menguasai bagian Timur Laut di kampung Ninggrum . Sub suku ini merupakan yang terbesar hingga menempati beberapa kawasan di wilayah PNG .
  • Sub suku Kawibtet , mereka tinggal di tengah-tengah Okpari , Are , Jonggom , dan Kakaib .
  • Sub Suku Kawiptet , mereka menguasai kampung Kanggewot , Upyetetko dan sebagian dari Kawangtet . Beberapa kampung di wilayah Boven Digoel , sering disebut dengan nama kampung lama , orang Muyu sangatlah kurang . Mereka telah hijrah di Negara tetangga PNG.

Pengungsian itu disebabkan perang antara TNI dan OPM pada tahun 1984 silam di daerah Muyu . Orang Muyu sekarang sudah berubah . Mereka tidak lagi seperti dulu yang biasa dengan “perang” . Mereka kini berperang dengan keberadaannya .

2 komentar:

  1. wah bagus ni bt anak2 muyu/kati yg ada d daerah merauke..

    BalasHapus
  2. Mantap aku cinta suku muyu,are nup kamun kanggoman mo

    BalasHapus